Secret Admirer
Dalam gelap, aku tak
bisa melihat sebiru apa langit itu. Aku terlalu nyaman dengan rahasia ini , aku
memilih sendiri , menyepi dan membenci diri yang tak bisa jujur padamu. Aku
hanya bisa memandang dari kejauhan , dari tempat yang tak mungkin ia tahu bahwa
aku sedang menggaguminya , membayangkan mimpi yang tak akan pernah diketahui
siapapun. Seseorang yang telah lama mengisi kekosongan relung hati ini. Relung
sepi tanpa seorang dambaan hati , mungkin ini takdir yang telah digariskan oleh
tuhan harus hidup dalam kedustaan , mencintai tanpa dapat mengungkapkan. Mulut
ini terasa kelu apabila ingin mengakuinya , tercekat seolah menelan biji
kedondong sebesar ibu jari. Perasaan ini terus menghantui ku seperti meminta ku
untuk mengungkapkan padamu, namun apa daya ku tak kuasa diri ini lemah didepan
mu. Semuanya harus ku sembunyikan , meski sakit tapi akan ku tahan. Tapi akan
lebih sakit dia tahu perasaan ini.
Entah sampai kapan
perasaan ini akna bertahan, berparasit dalam hati. Mungkin kata orang cinta tak
harus memiliki , namun entah kenapa rasanya kata – kata itu hanya sebuah kemunafikan , mencintai
namun tak memiliki. Karena yang kurasakan adalah keinginan untuk memilikinya ,
keegoisan untuk memilikinya seutuhnya. Namun setidaknya aku tetap merasa senang
hnaya dengan menjadi pengagum rahasianya.
Meski terkadang sakit
dan perih yang kurasa , saat harus berhadapan dengan nya namun tak mampu untuk
menyapa. Rasanya ingin aku berteriak keras untuk meluapkan segala rasa yang menyesakna
dada ini , membuat waktu seolah ingin ku
hentikan untuk tetap bisa memandangmu.
Senyummu yang indah
seolah memabukkan ku membuat jantung ini berdetak sangat cepat , mambuat aku
seolah ingin menghempaskan diri ini ke tubuhmu. Wajahmu yang menawan selalu
menjadi bunga tidurku , menghiasi setiap senyumku. Hanya kamu yang mampu
mebuatku merasakan dunia ini terasa begitu indah , indah sekali. Bahkan kalau
saja aku boleh meminta untuk terus bermimpi karena hanya lewat mimpi lah kau
dan aku bisa bersama. Aku bisa memelukmu , memegang tangganmu , mengatakan apa
yang kurasakan, dan bisa merasakan hari – hari yang sangat indah bersamamu.
Sesungguhnya , aku tak
tahan lagi. Semakin besar kurasa jarak diantara kita. Kau semakin sulit kuraih
dengan atau tanpa sunyi di bibirku ini. Dan aku pun mulai bosan dengan gelap ,
jenuh dengan segala rahasia. Namun ku takut kalau saja kau tahu semua ini aku
takut tidak bisa lagi melihatmu , aku takut kau malah menghilang , aku takut
tak bisa lagi memandangmu . aku takut dengan semua itu. Aku takut !
“Tidak!”
Sepontan aku pun
berteriak dan tersadar dari lamunanku. Entah berapa aku telah terlalap dalam
khayalan gila itu. Dan tanpa kusadari semua mata sedang terrtuju kepadaku,
manatap tajam seolah ingn menerkamku. Pantas saja mereka seolah ingin
menghakimiku karena sudah ada larangan untuk tidak bersuara didalam
perpustakaan. Aku tersenyum malu dan menundukkan kepalaku mengisyaratkan aku
sangat menyesal dan meminta maaf. Aku pun bergegas merapikan barang – barang ku
dan segera keluar dari perpustakaan. Nafas ku terenggah – enggah seperti baru
keluar dari kandang singa.
“Tet Tet Tet Tet”
Bel pun sudah memnggil
para siswa/I untuk kembali ke kelas masing – masing. Aku pun mempercepat langkahku menuju kelasku.
“Maaf , maaf aku tidak
sengaja” ucapku.
“ Iya tidak apa – apa
aku yang salah kok tidak hati – hati , maaf ya “ ucapnya.
Aku terdiam tak
percaya. Sepertinya aku mengenal pemilik suara merdu ini pemilik gelang dan jam
tangan yang ada pada pergelanggan tangannya. Benar saja aku gugup dan tubuhnya
lemas rasanya. Pangeran yang ada dalam mimpi ku menjadi yata dan menyapaku.
Sadrakan aku tuhan kalau ini hanya mimpi. Saat itu aku hanya terpaku memasang
senyum dan muka yang terkagum – kagum , dan tanpa membalas sedikit pun
ucapannya.
“Hello , are you ok
? ada yang salah dengan ucapanku atau
ada yang salah dengan penampilanku ?” tanyanya sambil melambaikan tangannya
didepan wajahku.
Aku masih tetap tak
percaya. Dan aku berusaha untuk tetap “calm” dan menahan rasa gugup ini
sedemikian rupa. Aku pun berusaha menjawabnya , meskipun rasanya pipiku ini
sudah semerah tomat.
“Emm , iya iya aku
gapapa kok , tidak ada yang salah semua sempurna , everthing is fine!” kata –
kata itu yang terucap diluar alam sadar olehku.
“Hei , kalian kenapa
masih disini apa tidak mendengar bel sudah berbunyi atau kalian mau saya hukum
berdiri dilapangan ?”
Seketika pun suasana
romantis nan mengharukan ini berubah seperti suasana dirumah horor. Suara guru
yang terkenal sangat galak itu membuyarkan lamunan dan senyumanku. Syara pak
Roy pun membuat aku dan yasha kaget. Kami pun segera bergegas merapikan barang
– barang yang berserakan dilantai dan segera menuju kelas.
***
Ya namanya yasha , cowo
yang terkenal dengan sikap nya yang “cool” dan penuh misteri. Satu – satunya
cowo yang mempunyai senyum yang manis dan ramah. Seorang kapten basket dan
siswa terpintar di sekolah. Dan aku beruntung karena bisa sekelas dengannya.
***
Sepanajang pelajaran di
kelas aku aku tidak bisa konsen dengan apa yang bu annisa terangkan, sebenarnya
ini adalah pelajaran yang aku sukai yaitu biologi. Namun entah kenapa kejadian
tadi masih terbayang dipikiranku , aku pun tersenyum – senyum meningatnya. Dan
tanpa ku sadari sesekai aku memandangginya meskipun aku hanya memandang pundak
dan tak dapat melihat wajahnya.
“Tet Tet Tet” bel
pulang pun berbunyi.
Bel yang selalu
dinantikan para siswa/i. Bel itu juga yang membuat aku tersadar dari lamunanku.
Aku pun membereskan buku – buku ku ke dalam tas. Aku menunngu kelas ini sepi
baru keluar kelas itu yang selalu jadi kebiasaanku.
***
Aku bukanlah cewek
terpopuler yang bergeng dan mempunyai
segala seuatu. Cewek – cewek yang menghabiskan waktunya untuk bersenang –
senang , hura – hura dan semacamnya. Namun teman- temanku senang berteman
dengan aku yang bawel dan apa adanya.
***
Sebulan kemudian.
Entah mengapa aku
merasa sejak kejadian aku menabraknya, aku dan dia seperti lebih sering bertemu
dan menyapa. Namun perasaan aku tetap sama saat bertemunya, perasaan gugup ini
tidak bisa hilang meskipun aku sudah sering bertemu dengannya.
***
“Tet tet tet “ bel
pulangpun berbunyi.
Seperti biasa aku
menunggu giliran terakhir untuk keluar dari kelas. Aku selalu menjadi penghuni
terakhir kelas ini.
Aku pun berjalan menuju
gerbang sekolah sebelum gerbang itu di tutup oleh si kadam , satpam sekolah
ini. Keadaan sekolah sudah sepi pengujung alias sudah tidak ada lagi penghuni ,
sepertinya aku kali ini menjadi penghuni terakhir sekolah ini. Aku berjalan
menuju halte depan sekolahku, menunggu bis yang biasa mengantarku pulang. Namun
mungkin karena sudah terlalu sore bis – bis pun sudah penuh penumpang.
“tiiinnnn , hei “.
Aku menoleh dan aku pun
terpana melihat sosok yang menyapa ku itu. Seperti sulit untuk bernafas ,
jantungku berdebar kencang sekali.
“ Iya, kenapa ya ?”
jawabku.
“ Sudah sore begini
mana ada bis yang sepi mau sampai malem disini nunggu bisnya sepi ?” ledeknya.
“ Hah , iya sih bener
juga . yauda deh aku jalan kaki aja deh makasih ya sarannya”. Ucapku
“ Jalan kaki bukannya
rumahmu jauh ya , kalau jalan kaki apa iya tidak capek?” tanyanya.
“ Iya sih tapi
bagaimana lagi daripada lumutan juga nunggu disini sendirian “
“ Ya sudah ayo naik ,
biar ku antar kamu pulang “
“ Hah , apa gapapa .
yang bener ?” ucapku gugup dan kaget.
Rasanya ini seperti
dimimpiku. Hampir – hampir aku pingsan. Dengan perasaaan yang amat sangat
senang aku pun meniyakan tawarannya.
Sepanjang jalan aku
hanya merasakan panas dinggin , terpesona , kaget , dan berharap waktu bisa ku
hentikan sebentar saja. Dan sepanjang jalan pun aku dan dia tak banyak
berbicara dia hanya menanyakan jalan ke rumahku.
Sesampai dirumah aku
pun mengucapkan terimakasih dan ia membalasnya dengan senyuman dan menghilang
diantara kabut – kabut sore yang menutupi jalan.
***
Sepanjang malam aku
memikirkan mimpi apa aku semalam , hari apa ini , apakah hari keberuntunganku ,
kenapa aku bisa selancar tadi berbicara dengannya , apa karena aku juga takut
karena tidak mendapatkan bis , atau apa ?
Hah , sudahlah intinya
hari ini aku sangat berterimakasih karena bisa sebahagia ini.
***
Seminggu kemudian.
Dan pertama kalinya
lagi aku mengijakan kakiku kembali ke perpustakaan setalah kejadian memalukan
waktu itu. Kali ini aku harus bisa menahan khayalanku dan sikapku.
“ Hei”sapanya.
Saat aku menoleh aku
terpana dan membisu seketika.
“ Kenapa ko kaget gitu
kaya liat setan aja , apa ganggu ya ,sorry deh” ucapnya.
“ ga kok , ga ganggu”
jawabku.
“ sering kesini juga ya
, buku yang dibaca bagus juga tuh. Oh iya kita sekelas tapi aku gak tau nama
kamu siapa” ucapnya
“ oh itu nama ku sisy
iya kita sekelas” jawabku memotong pembicaraannya.
“ oh kamu yang suka
ikut olimpiade itu ya hebat ya , kemaren kamu menang juga kan wah beruntung
banget ya aku bisa deket sama cewek kaya kamu “ ucapnya dengan gaya coolnya.
“ ah bisa aja , ga kok
hebatan juga kamu kali kapten basket , juara umu disekolahan juga ,pinter
nyanyi ,populer , ganteng , manis lagi senyumnya.” Jawabku ( tanpa sadar aku
malah terpesona .
“ loh kok kamu tau
semuanya tentang aku ya , tapi makasih atas pujiannya “ jawabnya dengan santai
( padahal aku sudah panik atas pernyataan ku tadi ).
***
Beberapa bulan
kemudian.
Aku dan dia sudah
sering pulang bareng atau berangkat kesekolah bareng , belajar ke perpustakaan
bareng. Dan aku semakin meyukainya. Tapi semakin aku dan dia dekat perasaan ini
semakin tak menentu rasa memiliki dan ingin mengatakan yang sesungguhnya malah
semakin kuat bahkan terkadang aku harus menahan nafas untuk menghilangkan gugup
atau bahkan menahan sesak karena perasaa yang aku pendam selama ini.
Bahkan aku pernah
berfikir lebih menyenangkan menjadi aku yang dulu yang hanya bisa mnenatapnya
dari kejauhan. Aku pun merasa sepertinya dia memiliki perasaan yang sama
seperti ku. Tapi selalu aku tepis pikiran seperti itu karena itu tidak mungkin.
***
Aku selalu menulis apa
yang ingin kuuungkapkan pada nya dalam sebuah kertas namun semua itu aku simpan
didalam kotak pink kesayanganku karena aku terlalu takut untuk memberinya.
Sekian lama aku mencari
cara agar ia tahu perasaanku padanya. Karenanya , hari ini , kuputuskan untuk
berterus terang padanya. Bertanya dengan segenap tets keberanianku, “ maukah
bersamaku menikmati birunya langit hari ini ?”
***
“ Tet tet tet “ bel
pulangpun berbunyi.
Hari ini aku embawa
kotak pink rahasiaku untuk ku berikan padanya. Aku sudah siap dengan segala
resiko yang ada. Namun aku tak bertemu dengannya , sudah kucari kelililng
sekolah. Dan dengan putus asa aku pun memutuskan untuk pulang.
“ siapa ini ?” tanyaku
kesal (karena ada yang menutup mataku).
“ hayo tebak aku siapa
?” ledeknya ( dengan suara yang sudah kupahami).
“ oh pasti cowok jelek
yang sok kenal ya “ jawabku.
“ siapa deh ?” tanyanya
dengan nada seperti orang penasaran.
“ namanya yasha “
jawabku.
“ ih sialan kamu “ jawabnya
(ia melepaskan tangannya ).
“ ayo pulang bareng ,
aku sekalian mau kearah rumah kamu mau jenguk temen “ ajaknya.
“ oke “ jawabku.
***
Hari ini aku
mengurungkan niatku untuk memberitahukan perasaanku padanya, tiba – tiba saja
nyaliku menciut. Aku tidur dengan perasaan gelisah , menyesal , pokoknya tidak
karuan deh.
***
3 hari sudah yasha
berbaring di rumah sakit , karena kecalakaan setelah ia menjenguk temannya
waktu itu. Dan yang membuat aku semakin sedih adalah keadaan yang menurut
dokter semakin menurun. Tapi aku tidak pernah bosen atau jenuh menemaninya.
Setelah pulang sekolah aku langsung ke rumah sakit untuk tahu tentang kabarnya.
Sampai aku pun lupa dengan kesehatanku.
Keesokan harinya, aku
tidak dapat menemani yasha karena aku harus banyak istirahat. Selama 2 hari aku
tidak bisa menemani yasha , bahkan aku mendapat kabar yasha harus masuk ICU
karena keadaannya yang semakin memburuk. Yasha harus menjalani operasi pada
kepalanya.
Aku pun memaksakan
diriku untuk pergi kerumah sakit. Yasha sudah menjalani operasi selama 2 jam ,
namun ia masih harus berada di ICU. Aku semakin cemas dan khawatir. Sepanjang
jalan aku hanya bisa menangis.
Sesampainya aku dirumah
sakit aku melihat keluarga yasha dan teman – temannya mennagis. Aku heran.
Hingga akhirnya aku tahu bahwa yasha telah tiada. Keadaannya setelah operasi
malah memburuk dan dia pun tidak bisa bertahan.
Saat itu rasanya hidup
ku hampa sepertinya aku tidak punya tujuan hidup lagi. Namun satu hal yang ku
tahu yasha juga mencintaiku.
Sebelum ia meninggal ia
menulis surat untukku dan disitu ia bilang dia tahu aku menyukainya sejak lama
dan dia pun mulai menyukaiku karena dia tahu aku cewek yang baik.
***
Hari – hari berlalu
semejak kepergian yasha , aku pun mulai terbiasa dan mengikhlasnya bahagia
disana. Karena aku tahu dia juga mencintaiku sama sepertiku.
Dan aku yakin yasha
selalu bersamaku , dia selalu disampngku. Memelukku saat aku merindukannya dan
menghapus air mataku dikala aku lemah, dan dia juga selalu terseyum untukku
disana , di alam yang berbeda. Namun perasaan ini tetap sama dan masih
untuknya.
***
Pesan moral dari cerpen ini
·
Jangan menunda – nunda sesuatu sampai
akhirnya semua hanya jadi penyesalan saja
·
Hargai orang yang saat ini bersamamu
sebelum akhirnya dia pergi dan hanya jadi penyesalan
·
Hargai waktu yang kita miliki