Sabtu, 17 Mei 2014

cerpen : secret admirer

Secret Admirer

Dalam gelap, aku tak bisa melihat sebiru apa langit itu. Aku terlalu nyaman dengan rahasia ini , aku memilih sendiri , menyepi dan membenci diri yang tak bisa jujur padamu. Aku hanya bisa memandang dari kejauhan , dari tempat yang tak mungkin ia tahu bahwa aku sedang menggaguminya , membayangkan mimpi yang tak akan pernah diketahui siapapun. Seseorang yang telah lama mengisi kekosongan relung hati ini. Relung sepi tanpa seorang dambaan hati , mungkin ini takdir yang telah digariskan oleh tuhan harus hidup dalam kedustaan , mencintai tanpa dapat mengungkapkan. Mulut ini terasa kelu apabila ingin mengakuinya , tercekat seolah menelan biji kedondong sebesar ibu jari. Perasaan ini terus menghantui ku seperti meminta ku untuk mengungkapkan padamu, namun apa daya ku tak kuasa diri ini lemah didepan mu. Semuanya harus ku sembunyikan , meski sakit tapi akan ku tahan. Tapi akan lebih sakit dia tahu perasaan ini.
Entah sampai kapan perasaan ini akna bertahan, berparasit dalam hati. Mungkin kata orang cinta tak harus memiliki , namun entah kenapa rasanya kata – kata  itu hanya sebuah kemunafikan , mencintai namun tak memiliki. Karena yang kurasakan adalah keinginan untuk memilikinya , keegoisan untuk memilikinya seutuhnya. Namun setidaknya aku tetap merasa senang hnaya dengan menjadi pengagum rahasianya.
Meski terkadang sakit dan perih yang kurasa , saat harus berhadapan dengan nya namun tak mampu untuk menyapa. Rasanya ingin aku berteriak keras untuk meluapkan segala rasa yang menyesakna dada ini  , membuat waktu seolah ingin ku hentikan untuk tetap bisa memandangmu.
Senyummu yang indah seolah memabukkan ku membuat jantung ini berdetak sangat cepat , mambuat aku seolah ingin menghempaskan diri ini ke tubuhmu. Wajahmu yang menawan selalu menjadi bunga tidurku , menghiasi setiap senyumku. Hanya kamu yang mampu mebuatku merasakan dunia ini terasa begitu indah , indah sekali. Bahkan kalau saja aku boleh meminta untuk terus bermimpi karena hanya lewat mimpi lah kau dan aku bisa bersama. Aku bisa memelukmu , memegang tangganmu , mengatakan apa yang kurasakan, dan bisa merasakan hari – hari yang sangat indah bersamamu.
Sesungguhnya , aku tak tahan lagi. Semakin besar kurasa jarak diantara kita. Kau semakin sulit kuraih dengan atau tanpa sunyi di bibirku ini. Dan aku pun mulai bosan dengan gelap , jenuh dengan segala rahasia. Namun ku takut kalau saja kau tahu semua ini aku takut tidak bisa lagi melihatmu , aku takut kau malah menghilang , aku takut tak bisa lagi memandangmu . aku takut dengan semua itu. Aku takut !
“Tidak!”
Sepontan aku pun berteriak dan tersadar dari lamunanku. Entah berapa aku telah terlalap dalam khayalan gila itu. Dan tanpa kusadari semua mata sedang terrtuju kepadaku, manatap tajam seolah ingn menerkamku. Pantas saja mereka seolah ingin menghakimiku karena sudah ada larangan untuk tidak bersuara didalam perpustakaan. Aku tersenyum malu dan menundukkan kepalaku mengisyaratkan aku sangat menyesal dan meminta maaf. Aku pun bergegas merapikan barang – barang ku dan segera keluar dari perpustakaan. Nafas ku terenggah – enggah seperti baru keluar dari kandang singa.
“Tet Tet Tet Tet”
Bel pun sudah memnggil para siswa/I untuk kembali ke kelas masing – masing. Aku pun  mempercepat langkahku menuju kelasku.
“Maaf , maaf aku tidak sengaja” ucapku.
“ Iya tidak apa – apa aku yang salah kok tidak hati – hati , maaf ya “ ucapnya.
Aku terdiam tak percaya. Sepertinya aku mengenal pemilik suara merdu ini pemilik gelang dan jam tangan yang ada pada pergelanggan tangannya. Benar saja aku gugup dan tubuhnya lemas rasanya. Pangeran yang ada dalam mimpi ku menjadi yata dan menyapaku. Sadrakan aku tuhan kalau ini hanya mimpi. Saat itu aku hanya terpaku memasang senyum dan muka yang terkagum – kagum , dan tanpa membalas sedikit pun ucapannya.
“Hello , are you ok ?  ada yang salah dengan ucapanku atau ada yang salah dengan penampilanku ?” tanyanya sambil melambaikan tangannya didepan wajahku.
Aku masih tetap tak percaya. Dan aku berusaha untuk tetap “calm” dan menahan rasa gugup ini sedemikian rupa. Aku pun berusaha menjawabnya , meskipun rasanya pipiku ini sudah semerah tomat.
“Emm , iya iya aku gapapa kok , tidak ada yang salah semua sempurna , everthing is fine!” kata – kata itu yang terucap diluar alam sadar olehku.
“Hei , kalian kenapa masih disini apa tidak mendengar bel sudah berbunyi atau kalian mau saya hukum berdiri dilapangan ?”
Seketika pun suasana romantis nan mengharukan ini berubah seperti suasana dirumah horor. Suara guru yang terkenal sangat galak itu membuyarkan lamunan dan senyumanku. Syara pak Roy pun membuat aku dan yasha kaget. Kami pun segera bergegas merapikan barang – barang yang berserakan dilantai dan segera menuju kelas.
                                                            ***
Ya namanya yasha , cowo yang terkenal dengan sikap nya yang “cool” dan penuh misteri. Satu – satunya cowo yang mempunyai senyum yang manis dan ramah. Seorang kapten basket dan siswa terpintar di sekolah. Dan aku beruntung karena bisa sekelas dengannya.
                                                            ***
Sepanajang pelajaran di kelas aku aku tidak bisa konsen dengan apa yang bu annisa terangkan, sebenarnya ini adalah pelajaran yang aku sukai yaitu biologi. Namun entah kenapa kejadian tadi masih terbayang dipikiranku , aku pun tersenyum – senyum meningatnya. Dan tanpa ku sadari sesekai aku memandangginya meskipun aku hanya memandang pundak dan tak dapat melihat wajahnya.
“Tet Tet Tet” bel pulang pun berbunyi.
Bel yang selalu dinantikan para siswa/i. Bel itu juga yang membuat aku tersadar dari lamunanku. Aku pun membereskan buku – buku ku ke dalam tas. Aku menunngu kelas ini sepi baru keluar kelas itu yang selalu jadi kebiasaanku.
***
Aku bukanlah cewek terpopuler  yang bergeng dan mempunyai segala seuatu. Cewek – cewek yang menghabiskan waktunya untuk bersenang – senang , hura – hura dan semacamnya. Namun teman- temanku senang berteman dengan aku yang bawel dan apa adanya.
                                                            ***
Sebulan kemudian.
Entah mengapa aku merasa sejak kejadian aku menabraknya, aku dan dia seperti lebih sering bertemu dan menyapa. Namun perasaan aku tetap sama saat bertemunya, perasaan gugup ini tidak bisa hilang meskipun aku sudah sering bertemu dengannya.
                                                            ***
“Tet tet tet “ bel pulangpun berbunyi.
Seperti biasa aku menunggu giliran terakhir untuk keluar dari kelas. Aku selalu menjadi penghuni terakhir kelas ini.
Aku pun berjalan menuju gerbang sekolah sebelum gerbang itu di tutup oleh si kadam , satpam sekolah ini. Keadaan sekolah sudah sepi pengujung alias sudah tidak ada lagi penghuni , sepertinya aku kali ini menjadi penghuni terakhir sekolah ini. Aku berjalan menuju halte depan sekolahku, menunggu bis yang biasa mengantarku pulang. Namun mungkin karena sudah terlalu sore bis – bis pun sudah penuh penumpang.
“tiiinnnn , hei “.
Aku menoleh dan aku pun terpana melihat sosok yang menyapa ku itu. Seperti sulit untuk bernafas , jantungku berdebar kencang sekali.
“ Iya, kenapa ya ?” jawabku.
“ Sudah sore begini mana ada bis yang sepi mau sampai malem disini nunggu bisnya sepi ?” ledeknya.
“ Hah , iya sih bener juga . yauda deh aku jalan kaki aja deh makasih ya sarannya”. Ucapku
“ Jalan kaki bukannya rumahmu jauh ya , kalau jalan kaki apa iya tidak capek?” tanyanya.
“ Iya sih tapi bagaimana lagi daripada lumutan juga nunggu disini sendirian “
“ Ya sudah ayo naik , biar ku antar kamu pulang “
“ Hah , apa gapapa . yang bener ?” ucapku gugup dan kaget.
Rasanya ini seperti dimimpiku. Hampir – hampir aku pingsan. Dengan perasaaan yang amat sangat senang aku pun meniyakan tawarannya.
Sepanjang jalan aku hanya merasakan panas dinggin , terpesona , kaget , dan berharap waktu bisa ku hentikan sebentar saja. Dan sepanjang jalan pun aku dan dia tak banyak berbicara dia hanya menanyakan jalan ke rumahku.
Sesampai dirumah aku pun mengucapkan terimakasih dan ia membalasnya dengan senyuman dan menghilang diantara kabut – kabut sore yang menutupi jalan.
                                                            ***
Sepanjang malam aku memikirkan mimpi apa aku semalam , hari apa ini , apakah hari keberuntunganku , kenapa aku bisa selancar tadi berbicara dengannya , apa karena aku juga takut karena tidak mendapatkan bis , atau apa ?
Hah , sudahlah intinya hari ini aku sangat berterimakasih karena bisa sebahagia ini.
                                                                        ***
           
Seminggu kemudian.
Dan pertama kalinya lagi aku mengijakan kakiku kembali ke perpustakaan setalah kejadian memalukan waktu itu. Kali ini aku harus bisa menahan khayalanku dan sikapku.
“ Hei”sapanya.
Saat aku menoleh aku terpana dan membisu seketika.
“ Kenapa ko kaget gitu kaya liat setan aja , apa ganggu ya ,sorry deh” ucapnya.
“ ga kok , ga ganggu” jawabku.
“ sering kesini juga ya , buku yang dibaca bagus juga tuh. Oh iya kita sekelas tapi aku gak tau nama kamu siapa” ucapnya
“ oh itu nama ku sisy iya kita sekelas” jawabku memotong pembicaraannya.
“ oh kamu yang suka ikut olimpiade itu ya hebat ya , kemaren kamu menang juga kan wah beruntung banget ya aku bisa deket sama cewek kaya kamu “ ucapnya dengan gaya coolnya.
“ ah bisa aja , ga kok hebatan juga kamu kali kapten basket , juara umu disekolahan juga ,pinter nyanyi ,populer , ganteng , manis lagi senyumnya.” Jawabku ( tanpa sadar aku malah terpesona .
“ loh kok kamu tau semuanya tentang aku ya , tapi makasih atas pujiannya “ jawabnya dengan santai ( padahal aku sudah panik atas pernyataan ku tadi ).
                                                             ***
Beberapa bulan kemudian.
Aku dan dia sudah sering pulang bareng atau berangkat kesekolah bareng , belajar ke perpustakaan bareng. Dan aku semakin meyukainya. Tapi semakin aku dan dia dekat perasaan ini semakin tak menentu rasa memiliki dan ingin mengatakan yang sesungguhnya malah semakin kuat bahkan terkadang aku harus menahan nafas untuk menghilangkan gugup atau bahkan menahan sesak karena perasaa yang aku pendam selama ini.
Bahkan aku pernah berfikir lebih menyenangkan menjadi aku yang dulu yang hanya bisa mnenatapnya dari kejauhan. Aku pun merasa sepertinya dia memiliki perasaan yang sama seperti ku. Tapi selalu aku tepis pikiran seperti itu karena itu tidak mungkin.
                                                            ***
Aku selalu menulis apa yang ingin kuuungkapkan pada nya dalam sebuah kertas namun semua itu aku simpan didalam kotak pink kesayanganku karena aku terlalu takut untuk memberinya.
Sekian lama aku mencari cara agar ia tahu perasaanku padanya. Karenanya , hari ini , kuputuskan untuk berterus terang padanya. Bertanya dengan segenap tets keberanianku, “ maukah bersamaku menikmati birunya langit hari ini ?”
                                                           
***
“ Tet tet tet “ bel pulangpun berbunyi.
Hari ini aku embawa kotak pink rahasiaku untuk ku berikan padanya. Aku sudah siap dengan segala resiko yang ada. Namun aku tak bertemu dengannya , sudah kucari kelililng sekolah. Dan dengan putus asa aku pun memutuskan untuk pulang.
“ siapa ini ?” tanyaku kesal (karena ada yang menutup mataku).
“ hayo tebak aku siapa ?” ledeknya ( dengan suara yang sudah kupahami).
“ oh pasti cowok jelek yang sok kenal ya “ jawabku.
“ siapa deh ?” tanyanya dengan nada seperti orang penasaran.
“ namanya yasha “ jawabku.
“ ih sialan kamu “ jawabnya (ia melepaskan tangannya ).
“ ayo pulang bareng , aku sekalian mau kearah rumah kamu mau jenguk temen “ ajaknya.
“  oke “ jawabku.
                                                            ***
Hari ini aku mengurungkan niatku untuk memberitahukan perasaanku padanya, tiba – tiba saja nyaliku menciut. Aku tidur dengan perasaan gelisah , menyesal , pokoknya tidak karuan deh.
                                                            ***
3 hari sudah yasha berbaring di rumah sakit , karena kecalakaan setelah ia menjenguk temannya waktu itu. Dan yang membuat aku semakin sedih adalah keadaan yang menurut dokter semakin menurun. Tapi aku tidak pernah bosen atau jenuh menemaninya. Setelah pulang sekolah aku langsung ke rumah sakit untuk tahu tentang kabarnya. Sampai aku pun lupa dengan kesehatanku.
Keesokan harinya, aku tidak dapat menemani yasha karena aku harus banyak istirahat. Selama 2 hari aku tidak bisa menemani yasha , bahkan aku mendapat kabar yasha harus masuk ICU karena keadaannya yang semakin memburuk. Yasha harus menjalani operasi pada kepalanya.
Aku pun memaksakan diriku untuk pergi kerumah sakit. Yasha sudah menjalani operasi selama 2 jam , namun ia masih harus berada di ICU. Aku semakin cemas dan khawatir. Sepanjang jalan aku hanya bisa menangis.
Sesampainya aku dirumah sakit aku melihat keluarga yasha dan teman – temannya mennagis. Aku heran. Hingga akhirnya aku tahu bahwa yasha telah tiada. Keadaannya setelah operasi malah memburuk dan dia pun tidak bisa bertahan.
Saat itu rasanya hidup ku hampa sepertinya aku tidak punya tujuan hidup lagi. Namun satu hal yang ku tahu yasha juga mencintaiku.
Sebelum ia meninggal ia menulis surat untukku dan disitu ia bilang dia tahu aku menyukainya sejak lama dan dia pun mulai menyukaiku karena dia tahu aku cewek yang baik.
                                                            ***
Hari – hari berlalu semejak kepergian yasha , aku pun mulai terbiasa dan mengikhlasnya bahagia disana. Karena aku tahu dia juga mencintaiku sama sepertiku.
Dan aku yakin yasha selalu bersamaku , dia selalu disampngku. Memelukku saat aku merindukannya dan menghapus air mataku dikala aku lemah, dan dia juga selalu terseyum untukku disana , di alam yang berbeda. Namun perasaan ini tetap sama dan masih untuknya.
                                                            ***


Pesan moral dari cerpen ini
·         Jangan menunda – nunda sesuatu sampai akhirnya semua hanya jadi penyesalan saja
·         Hargai orang yang saat ini bersamamu sebelum akhirnya dia pergi dan hanya jadi penyesalan

·         Hargai waktu yang kita miliki